Nila Asin

Blog ini digunakan untuk menulis pengalaman pribadi

PENGALAMAN DIENG CULTURE FESTIVAL 2019 | KONSER MUSIK

Hallo Semua pengunjung blogku, kali ini aku akan bercerita mengenai pengalaman pertama solo travelingku yang penuh tantangan (gak juga sih sebenernya) dan mengesankannn!!
Pada awal bulan Agustus 2019 ada sebuah festival di Dieng bernama Dieng Culture Festival. Aku sudah lama ingin sekali pergi ke festival tersebut, tapi tiketnya selalu sold out dan tidak ada teman yang tertarik datang kesana.
Cerita bermula ketika aku dan Resti (teman di kampus) mengecek akun instagram festivaldieng kapan tiket DCF dibuka. Ketika hari pertama tiket dijual, aku membeli tiket tersebut via Traveloka dan aku memberi tahu Resti bahwa tiket sudah bisa dibeli. Resti sudah membooking tiket tersebut, tapi lupa membayarnya sehingga harus booking dari awal. Akan tetapi, tiket sudah habis dan aku mulai panik karena aku harus berangkat sendirian dari Jogja. Setelah mengetahui hal tersebut, aku cek penginapan yang ada di Dieng melalui semua aplikasi travel, tapi semuanya sudah habis tidak ada yang tersisa. Awalnya, aku rasanya sudah ingin menyerah saja untuk pergi kesana dan menjual tiket yang sudah saya beli. Akan tetapi, saya iseng - iseng mengomentari salah satu foto di akun instagram diengfestival "apakah ada info penginapan di dieng? Soalnya saya cek sudah habis semua penginapan di Dieng". Tiba - tiba ada seorang mengirimkan DM di instagramku menawarkan penginapan karena kekurangan orang. Mulai dari situ mulai timbul secercah harapan untuk aku dapat pergi kesana. Aku nggak tahu sih kenapa aku bisa mempercayai orang tersebut bahwa orang tersebut nggak akan menipu, padahal aku tipe orang yang selalu waspada terhadap orang asing dan tidak mudah percaya terhadap mereka.


Yuk sini aku ceritakan perjalananku yang super seru!
Pada hari Jum'at, 2 Agustus 2019 aku pergi ke Terminal Bus Jombor jam 9 pagi. Bus ke arah Magelang berangkat pukul 9.30 dan saya membayar bis tersebut 15.000 Rupiah. Kemudian dari Terminal Tidar Magelang, aku pergi ke terminal wonosobo menggunakan bus lainnya dan membayar 20.000 Rupiah. Selanjutnya, saya pergi ke sebuah jalan yang dilewati Bus Jurusan Wonosobo - Batur dengan menaiki Bus dari Terminal Wonosobo dan membayar 2.000 rupiah. Setelah saya menunggu beberapa menit saya menjumpai Bus Jurusan Dieng dan Saya membayar 10.000 Rupiah. Jadi, total biaya perjalanan saya dari Jogja menuju Dieng adalah 47.000 Rupiah. Cukup murah!

Setelah sampai sana aku merasa lapar dan aku menuju tempat penjual gorengan tempe kemul dan jenis gorenan lainnya. Enak banget lho rasanya, dingin - dingin makan gorengan. Orang Dieng membuat beberapa jenis masakan dan gorengan menggunakan daun kucai sehingga rasanya sedap sekali dan aku menyukainya. Sayangnya aku lupa buat beli daun kucai itu. Saya mengobrol dengan warga setempat selama makan yang membuat pengetahuanku bertambah mengenai Dieng (itulah mengapa aku sangat menikmati perjalanan dalam kesendirian ini) sembari menunggu kenalan saya menunjukkan lokasi penginapannya (hubungan kami sudah meningkat dari orang asing menjadi kenalan) hahaha.

Jam 5 sore seorang kenalanku panggil saja Agus menjemputku di jalan di depan gang menuju homestay kemudian saya berkenalan dengan semua anggota kelompok yang menginap di homestay tersebut. Setelah itu, saya membantu Mbak Ninza, Lilis dan Sinte memasak. Saya merasakan suasanan KKN di sana ( bukan KKN di Desa Penari lho ya!). Setelah semua masakan dihidangkan, kami makan bersama. Walaupun lauknya cuma indomie dan telor tapi rasanya enak karena hawanya dingin dan dimakan rame - rame.

Jam 8 malam, kami pergi ke venue Jazz di Atas Awan, guest starnya adalah Mas Is, bekas vokalis Payung Teduh. Seru banget sih suasananya, dingin - dingin ndengerin musik rame - rame terus nyanyi - nyanyi bareng.

Picture 1. Penampilan Mas Is
This picture credit to: Fotografer baruten 1

Picture 2. Suasana Jazz di Atas Awan Hari 1
his picture credit to: fotografer baruten 2

Lihat kan, gambar di atas menunjukkan bahwa di sana tuh dingin banget. Pas ngomong juga sampe keluar asapnya kaya di drama korea gitu deh. Orang - orang sih bilang bahwa suhu waktu itu 10 derajat Celcius, Brrrr! Jam 11 kami pulang menuju homestay. Karena homestay kita terletak di ketinggian yang minim cahaya, kami mengamati milkyway terlebih dahulu di lapangan depan homestay. Kedua fotografer kami sibuk banget memfoto milky way tersebut. Hasilnya ada di bawah!

Picture 3. Milky Way di Depan Homestay

Malam itu adalah malam yang dingin tapi hangat. Kami menghabiskan malam dengan mengobrol, dan minum yang hangat - hangat. Interaksi kami malam itu membuat saya menyadari bahwa mereka adalah orang yang mudah akrab satu sama lain dan memiliki selera humor yang bagus. Hal itu membuat saya mudah untuk berbaur dengan mereka dan saya berpikir bahwa kami sudah menjadi teman pada malam itu!

2 comments