Nila Asin

Blog ini digunakan untuk menulis pengalaman pribadi

Review Setelah 1 Tahun Menjadi Dosen Kampus Swasta

 Assalamu'alaikum wr wb

Hai semua pembaca blogku, semoga kalian selalu dalam lindungan Allah ya.. Kali ini aku akan berbagi cerita pengalaman menjadi dosen di kampus swasta setelah 1 tahun bekerja, apakah worth it atau tidak. Disclaimer, di sini aku membahas mengenai dosen non jabatan fungsional yang masih belum dapat hibah ataupun proyek yang katanya fantastis 😛



Belakangan ini banyak banget cuitan maupun postingan dengan hashtag #janganjadidosen. Banyak juga yang membuat guyonan "dosen iku gaweane sak dos, gajine sak sen" Apakah jadi dosen di Indonesia semiris itu nasibnya? Kita bahas satu persatu yuk ☺

Pertama, pendidikan yang harus ditempuh oleh seorang dosen minimal banget S2

Untuk menempuh jenjang S2 dibutuhkan waktu paling cepat 1 tahun (tapi kalau di Indonesia jarang sih yang 1 tahun, jadi siapin aja waktu 2 tahun beserta biayanya kalau nggak dapat beasiswa). Alhamdulillah, di era sekarang ini banyak banget beasiswa S2 sampai S3, jadi tinggal berusaha aja untuk dapetinnya. Aku dulu alhamdulillah dapat beasiswa lpdp, jadi biaya pendidikannya gratis plus dapat uang saku bulanan, udah gak mikir takut menggelandang atau mau makan apa kalau gak kerja pada saat S2, terima kasih lpdp.

Kedua, yang paling sering dibahas adalah masalah gaji 

Balik lagi ke poin 1 ya, cukup miris ketika tahu gaji lulusan S1 yang kerja di perusahaan bonafide gajinya lebih besar daripada dosen baru yang harus menempuh pendidikan S2 dulu. Tapi ya, berhubung biaya kuliahku gratis jadi yaudah no complaint at all, aku udah bersyukur banget dengan pekerjaanku sekarang. Aku juga sangat bersyukur bekerja di salah satu institusi swasta yang bagus yang memperhatikan kesejahteraan pekerjanya (ya, aku merasa dosen adalah pekerja, wkwkwk).

Ketiga, dosen itu harus mengerjakan tridharma (pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat)

plus..... tugas tambahan wkwkwk. Di luar ekspektasiku ya, ternyata tugas tambahan itu yang lebih menguras pikiran, tenaga, dan (kadang) emosi😂 Tapi gapapa aku bersyukur karena rekan-rekan kerjaku semuanya baik hati dan tidak sombong, jadi enak buat diajak kerja bareng. Semakin banyak tugas-tugas, semakin banyak pula printilan-printilan pemasukkan, alhamdulillah (walaupun pusing) wkwkwk

Keempat, dalam melakukan tridharma (kalau tempatku caturdharma) harus selalu belajar terus dan update ilmu

Bagi yang gak suka belajar, baca, nulis, ngomong, pasti gak akan suka jadi dosen dan selalu mengeluh. Berhubung aku suka belajar banyak hal walaupun kudu pelan-pelan karena gampang terdistraksi, jadi aku menikmati banget peranku sebagai dosen. Anyway, aku pernah kerja di pabrik, jadi aku bisa membandingkan antara kerja di pabrik dengan dosen. Menurutku, jadi dosen itu lebih seru dan lebih banyak tantangannya. Kita gak cuma menghadapi ilmu pengetahuan saja tapi juga menghadapi manusia, dan dituntut serba bisa pula (jadi guru, jadi peneliti, jadi penyuluh, jadi EO, jadi MC, jadi moderator, jadi konselor, kadang juga jadi psikolog, jadi admin, jadi akuntan, jadi LO, jadi sales, jadi marketing, jadi konten kreator, dll) wkwk. Makanya kan, kudu belajar banyak skill termasuk skill berkomunikasi di depan orang-orang dengan background yang berbeda-beda. Berhubung aku orangnya introvert dan ansos, jadi aku belajar banget nih gimana caranya basa-basi karena skill itu penting banget kalau kita kerja. Tipe basa-basi yang disukai tiap kelompok masyarakat juga ternyata beda-beda wkwk.

Kelima, dosen itu kerjanya WFAA alias Work From Anywhere Anytime 

Rapat ataupun event pada saat weekend ataupun di malam hari itu sudah biasa gaes. Jadi, bagi yang sukanya kerja 9 to 5 mending jangan jadi dosen. Bagi yang ngarep work life balance di usia muda, juga jangan jadi dosen. Tapi, kalau yang jago ngatur waktu sih gapapa, cucok meong deh itu wkwk

Kesimpulan

Nah, dari penjelasan singkatku, jadi dosen itu merupakan sebuah pilihan yang bagus bagi orang-orang yang memang suka belajar, suka mikir, suka tantangan, dan sanggup kerja dimanapun kapanpun. Pendapatannya pun gak semiris itu kok (dengan catatan kalian bergabung di institusi yang tepat). Kalau ngincer gaji, banyak kok profesi lain yang gajinya jauh lebih besar dari dosen, contohnya biduan nasional. Kalau kalian ngincer pahala dan keberkahan, Insya Allah jadi dosen itu berkah dan berpahala dengan catatan kita ikhlas dan selalu diniatkan untuk ibadah ketika bekerja. Saranku sih, kalau kalian emang pengen jadi dosen, pilih-pilih banget kampus yang akan dituju (dibilang matrealistis, ya biarin aja karena berasal dari kata materi dan realistis wkwk). Kalian bisa baca kok dari beberapa platform curhat seperti quora ataupun X 😆

Setelah membaca tulisanku, apakah kalian masih ingin menjadi dosen? Tulis di kolom komentar ya 😆

Wassalamu'alaikum wr wb

Salam hangat,

Alinda

No comments